Seberapa sering kamu denger berita di tv tentang hal
aneh, kejam, atau bahkan cenderung sadis yang dilakukan seseorang terhadap
anggota keluarganya sendiri? Saya? Sering, banget. Alasan paling sering yang saya
dengar adalah karena rasa marah, kecewa, cemburu, sakit hati, dan buanyak
banget lainnya. Seremnya, sekarang ini bukan orang tua alias orang dewasa lagi
yang diberitakan berbuat sadis, anak-anak sekarang juga sudah pada berani! Apakah sebenci itu orang-orang saat ini dengan keluarganya sendiri? Hmm.
Family is something you can’t
choose.
Seorang anak tidak pernah minta dilahirkan. Seorang anak
juga tidak bisa memilih untuk dilahirkan di tengah keluarga yang seperti apa. Orang
tua? Juga begitu! Mereka itu clueless membesarkan
anak. Mereka enggak tahu anaknya akan tumbuh jadi seperti apa karena mereka pun
nggak bisa memilih melahirkan anak yang seperti apa. Bahkan walau ayah dan ibu bisa
memilih pasangannya masing-masing, dia pun nggak akan tahu pasangannya akan
menjadi seperti apa di masa depan.
Ketika kita ditempatkan dalam suatu keluarga, kita nggak
punya alasan kenapa selain satu kata, takdir. Bukan kebetulan, bukan
kecelakaan. Keluarga tajir melintir atau keluarga sederhana, ayah yang kasar
atau ayah yang pengertian, ibu yang lembut atau ibu yang nyinyir, saudara yang
super asik atau saudara yang bikin sesat, sekali keluarga selamanya keluarga.
Mau jungkir balik jumpalitan juga nggak akan berubah. Dan kita yang merasa
paling benar diantara yang lain akan tetap jadi bagian dari keluarga itu.
Nggak jarang akar kepahitan
seseorang itu tumbuhnya justru dari rumah. Ketika keluarga kita hancur, kita
pun ikut hancur. Kalau ibaratnya keluarga itu satu kesatuan tubuh manusia,
masing-masing dari kita itu anggota tubuhnya. Satu sakit, semua rasain sakit.
Ketika keluarga kita bermasalah, kita nggak akan pernah baik-baik aja. Bullshit banget kalo ada yang bilang hal
itu nggak ngefek. Menurut saya sih, masalah yang paling merusak itu ya masalah
yang kita bawa dari rumah, bukan masalah yang kita bawa pulang ke rumah.
Sometimes it’s not about how you change the family, it’s about how you
deal with it.
Banyak dari kita yang akhirnya
jadinya kecewa dan tawar hati sama keluarga sendiri karena kita nggak mau
mengajar diri untuk sadar dan menerima hidup sebagaimana yang ada dan sebagaima
yang benar-benar terjadi, termasuk tentang keluarga. Jujur aja, memang realitanya
begini, kan?
Inget, kita akan kecewa kalau
terus-menerus mengharapkan seseorang untuk berubah memenuhi ekspektasi kita. Berubah
itu bukan pekerjaan sehari dua hari, bu-ibu. Seseorang hanya akan berubah kalau
dia ingin berubah. Termasuk orang-orang dalam keluarga kamu dan saya. Sebenarnya
nggak ada yang salah dengan bikin perubahan, tapi nggak semua hal bisa berubah
dengan mudah. Ada juga hal-hal yang memang keadaannya begitu adanya.
Memang nggak gampang kalau ngomongin keluarga. Satu hal
ini bisa mengingatkan kita pada kebahagiaan yang kita kenal sejak lahir atau
tentang luka yang kita bawa sampai mati. Tapi satu hal yang jelas, yakni keluarga
adalah pembawa pesan pertama yang Tuhan berikan untuk kita supaya kita mengerti
tentang sesuatu. Karena keluarga adalah lembaga pertama bagi seorang manusia.
Uniknya, pesan untuk kita masing-masing itu berbeda.
Sepertinya masing-masing
kita harus mulai mencari apa itu untuk tahu kenapa kita ditempatkan dimana kita
berada. Apapun pesan yang kamu dan saya terima, kita harus belajar untuk
menerima hal itu.
*Seluruh gambar dalam post ini bersumber dari pinterest.com