Pertengahan November lalu, saya
dan kakak-kakak saya akhirnya liburan ke Bali. Satu minggu kami habiskan
berkeliling Bali dari arah timur ke dataran lebih tinggi hingga ke arah barat,
seakan-akan mengikuti pergerakan matahari.
Kali ini, saya bukan mau bahas
tentang wisata-wisata apa saja yang kami kunjungi. Bukannya karena kurang
menarik, semua di Bali tuh seru-seru banget. Bahkan seminggu nggak akan cukup.
Tapi saya lagi ingin aja bahas makan-makannya! Hahaha.
WARUNG MAMI (Uluwatu)
Namanya memang warung dan
tempatnya pun layaknya warung makan biasa di pinggir jalan, tapi jangan kira
rasanya sembarangan. Semua yang ada disini enak banget dan tergolong murah,
saya sampai nggak ngerti lagiii! Mereka hanya menyediakan ikan, udang, kerang,
dan cah kangkung, yang semuanya juara banget. Bahkan warung ini termasuk dalam
daftar rekomendasi dari Bondan Winarno lho.
Saya cinta banget sama kerangnya.
Nggak amis sama sekali, kenyal, dan bumbunya cocok banget! Kalau di Jakarta dan
sekitarnya, saya sekeluarga sangat mengusahakan untuk tidak makan kerang,
mumpung di Bali langsung kalap semua deh. Hahaha.
Hal pertama yang saya pikirkan
waktu lihat udang-udang itu adalah ‘cantik banget!’. Besar-besar, warnanya tempting, dan rasanya manis sampai ke
dagingnya. Worth every penny, they say.
Ohiya, kalau mau datang lebih
baik telfon dulu ya. Karena warung ini nggak akan buka kalau mereka nggak dapat
bahan-bahan segar dan juga biasanya kalau buka, dalam 3 jam udah ludes semua.
SATE BABI BAWAH POHON (Legian)
Oh yes, pork! Ada sate babi yang cukup terkenal dan terbilang
selalu ramai di daerah Legian. Letaknya di dalam area parkir dan memang tendanya
ada di bawah pepohonan. Ngomongin sate babinya, rasanya pedes manis cenderung
sedikit ke pedesnya. Ukuran satenya besar-besar dan bisa pilih dengan nasi atau
lontong. Disamping piringnya juga dikasih cabai rawit yang digarami. Tapi saya
ngerasa kalau karbonya kok kaya ditaburi garam juga ya. Personally buat saya itu menggangu sih. Mungkin bisa diminta untuk
tanpa garam sebelumnya.
LAOTA (Kuta)
Maaf ya nggak ada foto lain yang
lebih menarik selain yang di atas, tapi ini beneran enakkk! Kalau biasa makan
bubur di restoran yang ada di mall-mall di Jakarta, saya berani bilang ini 2x
lebih enak walau tampilannya mirip-mirip hihihi. Yang menang di Laota selain
buburnya adalah cakuenya. Enak. Banget. Saus dan cakuenya beneran kayak jodoh,
sampe rasanya masih keinget di lidah. I have
so much love for Laota.
Kalau bahas soal makanan,
kayaknya bisa diobrolin sampai besok. Banyak banget tempat-tempat enak lainnya
yang belum sempat terbahas disini. Warung Mak Benk, Bebek Bengil, Pizza Bagus,
Naughty Nuri’s, Soto Ceker di Legian, dan masih banyak lagi, juga harus
dikunjungin. Yang penting selesai liburan siap-siap bayar dosa karena
kebanyakan makan ya! Haahaha.
Sama seperti cerita ke Jogja dan
Bali, terkadang ada hal-hal yang tidak terencanakan yang lebih baik daripada
hal yang diwacana-wacanakan. Yang penting, dijalankan. Finish something. Baik atau buruk mungkin nanti bisa diperbaiki. Ada
hal-hal yang memang membutuhkan sedikit kenekatan untuk bisa terjadi. Atau mungkin
memang harus dipaksakan untuk bisa terjadi. Kalau tidak dilakukan, tidak akan
terjadi. Seperti saya dan teman-teman saya, yasudah pesan saja dulu tiketnya. Yang
penting, harus selalu mengerti konsekuensi dan sisanya nikmati saja.
Sekian cerita Travelling of The Year ini, semoga menyenangkan untuk dibaca. Dan selamat liburan dan merayakan tahun baru 2017 semuanya, semoga liburannya menyenangkan dan tahun 2017 dipenuhi dengan lebih banyak berita bahagia :)